Arrogance (Kesombongan)
Kalau kita bertindak sombong terhadap orang lain maka adrenalin negatif akan menumpuk dalam pikiran dan hati kita. Badan kita akan menghasilkan energi negatif yang cenderung kuat menolak hal-hal yang baik, sekalipun datang dari orang yang kita anggap benar. Kesombongan adalah racun terbesar yang menutup daya pikir, akal sehat dan nalar kita terhadap hal positif dan menolak pembangunan hubungan antar manusia atas dasar keseimbangan, harmonisasi, dan manfaat bagi semua orang.
Contoh: ketika kita sukses maka kita menganggap bahwa prestasi tersebut adalah semata-mata karena kerja keras diri sendiri, dan bukan karena bantuan dan peranan dari teman, bawahan atau anggota keluarga dll, yang sebenarnya turut memiiiki andil.
Ignorance (Ketidakpedulian)
Ignorance terjadi karena tidak peka dan ketidakpedulian terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita.
Contoh : kalau ada orang sedang kesusahan, kelaparan, berduka atau menderita, maka empati atau rasa kasihan tidak akan muncul dari diri kita.
Ketidakpedulian melahirkan kekacauan dalam relasi antar manusia. Ignorance muncul karena kita takut berbagi perhatian dan kepedulian, dan menilai orang lain yang menderita semata-mata karena faktor nasib. Bukan karena faktor situasi yang mungkin bisa dirubah karena bantuan dan perhatian kita.
Denial (Penyangkalan)
Seberapa sering kita menyangkal terhadap apa yang telah kita perbuat dan merugikan pihak lain. Penyangkalan disebabkan karena kita tidak memiliki “jiwa dalam pikiran kita”. Kita kehilangan kesadaran untuk berani mempertanggungjawabkan atas apa yang kita lakukan.
Contoh : jika tim kerja kita mengalami kemerosotan kinerja, maka kita melepas tanggung jawab dan kenyataan sebenarnya, dan menyangkal dengan memberikan argumentasi dan pembelaan diri bahwa semuanya tetap berjalan baik.
Tinkering (Mengerjakan sesuatu tanpa keahlian)
Tinkering bisa terjadi karena kita tidak mau belajar dan melatih diri agar menjadi lebih cakap. Akibatnya sering menjadi hambatan bagi orang lain. Kalaupun kita telah merasa pandai dan tidak mau terus belajar, maka kualitas keahlian akan menurun. Maka kemampuan kita bukan menjadi obat, tetapi dapat menjadi racun bagi orang lain.
Contoh tinkering : seorang penjual tidak mau belajar dari penjual yang sukses, membaca buku-buku penjualan atau mempraktekkan secara konsisten, disiplin dan teratur. Akibatnya prestasi penjualan tidak pernah dicapai dan merugikan perusahaan serta dirinya sendiri.
Losing focus (Kehilangan fokus)
Fokus adalah sebuah kata motivasi untuk melakukan sesuatu pekerjaan mulai dari perencanaan, penyusunan, tindakan, evaluasi hasil dan dampak dari tujuan yang akan kita capai. Ketidakmampuan kita untuk fokus sering disebabkan karena memikirkan dan bertindak pada hal-hal yang sepele dan kurang bermanfaat. Bahkan cenderung menjalankan sesuatu pekerjaan yang seharusnya prioritas menjadi kabur, kehilangan arah, dan pegangan.
Contoh : Pada saat kita harus menyelesaikan suatu tugas penting, maka kita lupa pada target waktu, ukuran dan standar pencapaian hasil kerja dan perhatian terhadap anggota tim kerja yang terlibat didaiamnya.
Permissive (Toleransi negatif)
Konsistensi sangat dibutuhkan agar kita bisa mengikuti dan menjalankan standar pekerjaan dengan benar. Membuat setiap orang yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas kita memiliki daya ungkit dalam memberikan kinerja terbaiknya dan mendapatkan manfaat luas. Lawan dari konsistensi adalah permisif yakni toleransi yang negatif. Permisif sering menciptakan keadaan yang kacau dan tidak beraturan atau inkonsistensi dalam berpikir, berucap maupun bertindak.
Contoh : peraturan setiap orang dilarang terlambat masuk kerja, maka ketika kita membiarkan segelintir orang melanggar karena “unsur suka dan pilih kasih”, maka akan merusak tatanan, standar dan aturan yang berlaku.
Egoism (Keakuan – egoisme)
Egoisme atau keakuan muncul karena kita takut menghadapi realitas bahwa hidup dan hasil yang baik harus diperjuangkan dan diperebutkan dengan cara yang elegan dan benar. Efek dari racun pikiran dan hati membuat tindakan kita tidak merefleksikan kepentingan bersama. Tindakan kita akan lebih didominasi oleh imajinasi dalam pikiran kita yang keliru dan buruk karena mementingkan diri sendiri Maka egoisme adalah bahaya besar yang membuat kita bersikap apatis terhadap kebutuhan yang seimbang dalam hubungan dengan orang lain.
Contoh : ketika kita membuang sampah sembarangan, maka kita hanya mementingkan diri sendiri dan tidak peduli terhadap kesehatan, keselamatan dan kebersihan lingkungan dan orang lain.
Conflict (Pertikaian)
Mengapa konflik sering muncul di sekitar kita? Akumulasi dari racun persoalan hidup kita di atas akan menyebabkan timbulnya pertikaian dengan orang lain. Dalam hubungan pribadi, rumah tangga, pekerjaan, bisnis, dan relasi dengan pihak mana pun sering timbul kecenderungan terjadinya pertikaian, debat, permusuhan, saling menyalahkan dan menghindarkan tanggung jawab kita. Konflik akan melahirkan luka perasaan dan dendam pada semua pihak yang terlibat. Dan pertikaian akan menimbulkan suasana tegang pada semua pihak. Karena itu pertikaian adalah racun dari emosi kita yang tidak terkendali.
Konflik atau pertikaian timbul karena tidak mampu mengelola emosi dan egoisme yang menguasai diri kita. Konflik bisa terjadi secara mental, psikologis dan fisik yang tentunya akan merugikan semua pihak.
“There is an island of opportunity in the middle of every difficulties.”